Pembelajaran Seni Rupa
Seni rupa adalah karya cipta manusia, merupakan curahan isi jiwa
(akal, pikiran, dan perasaan) sebagai hasil sentuhan pengalaman yang berkesan,
yang diwujudkan melalui unsur-unsur visual (rupa) seperti garis, bidang, warna,
tekstur, volume, dan bentuk. Letak perbedaan antara seni rupa ciptaan orang
dewasa/seniman dan ciptaan anak adalah pada penerapan kaidah dan visi seninya.
Perbedaan karya seni rupa anak dan orang dewasa
a) Seni rupa bagi anak adalah sebagai media kegiatan untuk
mengembangkan potensi jiwa dalam pengembangan diri. Pengalaman berseni
rupa bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui pengalaman berseni
rupa, anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah krida sebagai perluasan
lahan bermain yang harmonis. Dengan mengamati, meniru, mengangan-angan,
mencoba, dan mencipta suatu perwujudan melalui pengorganisasian unsur-unsur
visual, berarti anak telah berseni rupa. Untuk mewujudkan karyanya dapat
melalui penggunaan berbagai alat dan bahan (media) dengan berbagai ragam
caranya. Memandang keberhasilan seni rupa anak bukan semata-mata hanya dari
segi produk ciptaannya saja, bahkan yang lebih penting adalah dari segi proses
penciptaannya. Produk ciptaan bukanlah target akhir bagi anak. Melakukan
kegiatan berseni rupa merupakan lintasan yang sangat penting bagi anak untuk
pertumbuhan jiwa dan raganya.
b) Seni rupa karya orang dewasa diukur dan dinilai dari beberapa
aspek, seperti gaya/corak dan alirannya, teknik dan penggunaan alat serta
bahannya, pengorganisasian unsur-unsurnya, pesan yang dibawakannya, kebaharuan
atau kemutakhirannya, kemurnian ciptaannya, dan sebagainya. Karya orang dewasa
dipandang dari aspek nilai seni produknya, karena wujud karya itulah sebagai
target akhir ciptaannya.
Pengertian:
a) Seni adalah keindahan:
Unsur karya seni memiliki sebuah keindahan, baik karya tersebut
melalui lukisan, pahat, handmade dll. Pada setiap bagia
terkecilnya memiliki keindahan masing-masing bagi para penikmat seni.
b) Seni adalah ekspresi
Sebagai media ekspresi, seni memiliki peran untuk mengungkapkan
perasaan, pendapat, tanggapan dan sikap seseorang.
Dilihat dari segi fungsinya seni adalah sarana
untuk mengobyektifkan pengalaman batin sehingga dapat dikontemplasikan dan
dipahami maknanya. Kondisi ini memberikan fungsi lain bagi seni yaitu sebagai
media komunikasi yang bersifat simbolik melalui lambang-lambang komunikasi,
seni mengekspresikan ide serta pengalaman rasa yang tidak dapat dikomunikasikan
melalui media lain seperti bahasa dan matematika. Sekalipun bahasa juga
merupakan media komunikasi simbolik, namun ekspresinya bersifat konseptual dan
belum menampung dorongan ekspresi yang bersifat emosional yang justru menjiwai
pola kehidupan manusia (Pranjoto Setjoatmodjo, 1990:8). Seni sebagai media “komunikasi”
di maksudkan sebagi alat “pesan” yang ingin diinformasikan kepada orang lain,
kepada masyarakat, baik berbentuk buah pikirn perasaan, keinginan maupun segala
harapan. Dapat juga sebagai pernyataan “kritik” ketidak setujuan atau ketidak
sephaman seperti biasanya diungkapkan dalam bentuk “kartun”,nyanyian dan drama
modern (Muharam,1992:5).
Definisi seni menurut para ahli
Definisi Seni dari Segala Sudut Pandang
- Ketrampilan
mengolah sesuatu menjadi karya yang menawan
- Ungkapan
jiwa dan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam kreasi dalam bentuk gerak,
rupa, nada dan syair
- Pada
mulanya adalah proses dari manusia, oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu
- Kreatifitas
yang telah ada ( alamiah ) maupun diciptakan manusia diberbagai macam hal di
dunia
- Barang/karya/hasil
dari sebuah kegiatan
- Kebebasan
berkarya yang dilatar belakangi oleh jiwa
- Senjata
hidup para pelaku seni ( sniman )
- Ekspresi
yang dicurahkan dari dalam jiwa manusia
- Hasil
aktifitas seseorang
- Istilah
yang digunakanuntuk semua karya yang dapat menggugah hati untuk mencari tahu
siapa penciptanya
- Penyampaian
gagasan, sensasi, dan perasaan dengan seefektif mungkin
- Salah
satu tolak ukur kapasitas ke-melankolis-an manusia
- Kekayaan
yang mutlak ada pada diri manusia tersebut, tinggal bagaimana manusia tersebut
dapat mengolahnya menjadi asset yang berharga atau hanya menjadi kekayaan yang
disfungsi
- Penjelasan
rasa indah yang terkandung dalam jiwa setiap manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra
pendengar ( seni suara), penglihatan( seni lukis ), atau dilahirkan dengan perantara
gerak ( seni tari, drama)
- Segala
sesuatu yang berkaitan dengan karya cipta yang dihasilkan oleh unsure rasa
- Pengekspresian
cita rasa yang diluapkan dalam satu karya yang dapat dikatakan unik
- Kegiatanatau
hasil pernyataan perasaan keindahan manusia
- Suatu
karya yang mempunyai daya tarik tersendiiri
- Keindahan
yang bersifat unik dan dilampiaskan dengan suatu karya
- Luapan
psikologi manusia yang dikembangkan lewat pemikiran yang kreatif dan cerdas
- Rangkaian
dari kemauan, inspirasi, dan karya manusia
Dari segala definisi yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa
definisi seni yang sejatinya adalah segala hal indah yang dirasakan oleh jiwa
manusia dan diungkapkan melalui sebuah karya dengan berbagai media. (Sumber:
Ekonomi.Kompasiana.Com)
Definisi seni menurut para ahli:
Ø Seni menurut Leo Tolstoy (Sumardjo,
2000:62) adalah ungkapan perasaan pencipta yanng disampaikan kepada orang lain
agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis.
Ø Seni menurut Sukaryono (1988:7)
adalah ungkapan isi hati dan perasaan yang disebut sebagai bahasa seniman yang
dikomunikasikan.
Ø Seni menurut Thomas Munro (Mikke
Susanto, 2002:101) adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek
psikologis atas manusia lain yang melihatnya.
Ø Seni menurut Soedarso SP ( Mike
Susanto, 2002:101) adalah karya manusia yang mengkomunikasikan
pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara
indah sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain
yang menghayatinya.
Ø Menurut P. Mulyadi, 2000:5-7, Seni
adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman
batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara indah dan menarik sehingga
memberikan atau merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada manusia lain
yang menghayatinya. Kelahiran tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan
manusia yang pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan
menyempurnakan derajad kemanusiaannya, memenuhi kebutuhan yang spiritual
sifatnya.
Seni Rupa zaman Prasejarah dan Hindu di Indonesia yang bersifat
magis dan religius.
1. Seni Rupa Prasejarah
Indonesia
Zaman prasejarah (Prehistory) adalah zaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen –
dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya
berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu
Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat
simbolisme) Zaman prasejarah Indonesia terbagi atas Zaman Batu dan
Zaman Logam
a) Seni Rupa Zaman Batu
Zaman batu terbagi lagi menjadi: zaman batu tua (Palaeolithikum),
zaman batu menengah (Mesolithikum), Zaman batu muda
(Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di zaman logam
disebut zaman megalithikum (Batu Besar) Peninggalan – peninggalannya
yaitu:
- Seni
Bangunan
Manusia paleolithikum belum memiliki tempat tinggal tetap, mereka
hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering). Tanda –
tanda adanya karya seni rupa dimulai dari zaman Mesolithikum. Mereka
sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di
di SulawesiSelatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi
pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera
Timur berupa bukit – bukitkerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah
dapur para nelayan. Kemudian zaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok
tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal
tinggal di rumah – rumah kayu / bambu. Pada zaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran
besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofagus,meja
batu dll.
- Seni
Patung
Seni patung berkembang pada zaman Neolithikum, berupa patung
– patung nenek moyang dan patung
penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian
zaman megalithikum banyak ditemukan patung –patung berukuran
besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural.
- Seni
Lukis
Dari zaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang
dibuat pada dinding guaseperti lukisan goa di
Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk
keperluan magis dan ritual, seperti adegan perburuan binatang lambang
nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada zaman neolithikum dan
megalithikum, lukisanditerapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda
kerajinan sebagai hiasanornamentik (motif geometris atau motif perlambang).
b) Seni Rupa Zaman Logam
Zaman logam di Indonesia dikenal sebagai zaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan
dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
- Bivalve,
ialah teknik mengecor yang bisaa di ulang berulang;
- Acire
Perdue, ialah teknim mengecor yang hanya satu kali pakai (tidak bisa diulang)
2. Seni Rupa Indonesia Hindu
Budha
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia
sekitar abad pertama Masehi melalui
kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa,
Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan
asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan
India danIndonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama,
yaitu dengan proses:
- Proses
peniruan (imitasi)
- Proses
Penyesuaian (adaptasi)
- Proses
Penguasaan (kreasi)
a) Ciri – Ciri Seni rupa
Indonesia Hindua.
1. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat
di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja).
2. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai
media upacara agama.
3. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian
yang bertolak pada suatu pedoman padasumber hukum agama
(Silfasastra).
4. Hasil akulturasi kebudayaan India
dengan indonesia
3. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
Budha.
a) Seni
Bangunan
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu
Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja
yang meninggal, contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi
sebagai:
- Candi Stupa: didirikan
sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur.
- Candi Pintu Gerbang:
didirikan sebagai gapura atau pintu masuk,
contohnya candi Bajang Ratu.
- Candi Balai Kambang / Tirta:
didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan-
Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya
candi Jalatunda.
- Candi Vihara: didirikan untuk
tempat para pendeta bersemedi contohnya candi SariStruktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian.
- Kaki candi adalah bagian
dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segiempat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar –
kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas
an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka Bangunan
candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok.
Ada dua systemdalam pengelempokan
candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil
pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang
dan prambanan.
- Sistem membelakangi (hasil
kreasi asli Indonesia) yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran.
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan
di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang
disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari
candi penataran, yaitu halaman depan terdapat balai pertemuan, halaman tengah
terdapat balai saji dan halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan
rumah Dewa. Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu
gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang
terbuka ( candi bentar)
- Pura
agung, didirikan di komplek istana
- Pura
gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura
subak, didirikan di daerah pesawahan- Pura laut, didirikan
di tepi pantai.
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan dan pusatkeagamaan. Bangunan –
bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga
(Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
b) Seni
patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja
dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya
Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap
patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma
laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana)
hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya
terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb. Dalam
agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa
dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian,yaitu:
- Rambut
ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara
keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya
panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat
juga kerutan di leher
- Memakai
jubah sanghati
c) Seni
hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung
Mahameru yang dianggap suci sebagai
tempatnya para Dewa, oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan
suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk
azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
- Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3
dimensional yang membentuk struktur bangunan candi,
contohnya adalah hiasan mahkota pada atap candi, hiasan menara sudut pada
setiap candi, hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu, hiasan
makara, simbar filaster,dll.
- Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua
dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi,
contohnya adalah hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan
Ramayana, sedangkan padacandi Budha adalah Jataka, Lalitapistara- Hiasan flora
dan fauna- Hiasan pola geometris- Hiasan makhluk khayangan.
3. Kronologis Sejarah Seni rupa
Hindu Budha
a) Seni
rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Zaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni
patungnya merupakan perwujudan antara
manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Zaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi
Sewu, Candi Borobudur, Candi
Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut dan Kelompok Candi Plaosan.
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di CandiBorobudur.
b) Seni
rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Zaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni
jawa timur seperti tampak pada Candi
Belahan, yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang
makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya sudah
tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan
proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Zaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni
Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya,
contohnya: candi singosari, candi kidal dan candi jago. Seni patungnya
bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya
seni patung singosari lebih halus pahatannya dan
lebih kaya dengan hiasan, contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa
dan Ganesha.
3) Zaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi
karena terbuat dari batu bata, perbedaan
dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali /
andhesit. Peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll.
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik
Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia seperti tampak
pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain patung
dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil
pengaruhdarin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada.
4) Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal
Kultus Raja. Seni bangunan utama di
Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi didalamnya tidak
terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak mengenal
an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan,
adapun patung hanya sebagai hiasan saja
4) Perbedaan Gaya Seni Jawa
Tengah Dengan Jawa Timur
a) Perbedaan struktur bangunan
candi
- Candi Jateng terbuat dari
batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya
tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak
berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek,
sedangkan di Jatim lebih tinggi- Kumpulan candi di
Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan sistem
membelakangi.
b) Perbedaan pada seni
patungnya
- Patung – patung di Jateng
hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatimada pula perwujudan manusia biasa
- Seni patung Jateng bergaya
simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis
monumental
- Prambandala (lingkaran
kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian belakangkepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh
tubuh menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni
patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,sedangkan
di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala.
c) Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita
pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergayaWayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi
Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,sedangkan
di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di
Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan
serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim
lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif awan dan batu karang.
Seni sebagai media pendidikan
Dalam dunia pendidikan, seni memiliki banyak peran dalam proses
pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar. Bebrapa hal yang di dapat dengan belajar
seni diantaranya:
- Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
- Melatih imajinasi anak,
ini merupakan konsekuensi logis dalam kegiatan ekspresi supaya dalam
berekspresi seorang anak mempunyai bayangan terlebih dahulu.
- Memberikan pengalaman
estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian terhadap suatu karya seni
- Pembinaan sensivitas serta rasa pada umumnya,
hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
- Mampu memberikan pembinaan keterampilan yaitu
dengan membina kemampuan praktek berkarya seni kerajinan. Hal ini berguna untuk
mempersiapkan kemampuan terampil dan praktis sebagai bekal hidup di kemudian
hari.
Pendekatan Berbasis Disiplin
Ilmu dan Pendekatan
Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa
1. Pendekatan
seni rupa berbasis disiplin ilmu
Pendekatan seni rupa
berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat
DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya
sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang
menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak
dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan
karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan
melalui penelitian.
Pendukung Pendidikan
Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa Pendidikan Seni Rupa yang
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah
penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek
pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa diperluas. Eisner
(1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan
untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam
empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan,
penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam
kegiatan belajar; produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni dan
estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/
menciptakan karya seni rupa tetapi perlu juga mempelajari bagaimana caranya
menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni
rupa dari berbagai masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat
dipadukan.
Pendidikan Seni Rupa
Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan merupakan suatu metode yang
spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas,
sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang
kegiatan tersebut.
Ciri
DBAE(dicipline based art education) adalah:
a) Seni
rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang tertulis serta
disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, teori dan
kritik/apresiasi seni rupa untuk membangun pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan.
b) Kemampuan
anak dikembangkan untuk menghasilkan karya, menganalisis, menafsirkan, dan
menilai kualitas karya, mengetahui dan memahami peran seni rupa dalam
masyarakat serta memahami keunikan karya seni rupa dan bagaimana orang
memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian.
c) Seni rupa
diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang, nara sumber dan
program penilaian (Dobbs, 1992).
2. Pendekatan
Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan kompetensi sering dianggap sebagai
reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk DBAE). Tetapi jika
direnyngkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih pada
dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada pendekatan
kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.
Pendektan kompetensi dewasa ini, mendapat
perhatian kembali di sekolah dan sedang dalam tahap sosialisasi dan pengkajian.
Inti pandangannya adalah bahwa setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan
media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk
setiap jejang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus
dikembangkan. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan
sejak dini pembentukan SDM yang memiliki kemampuan handal, kompetitif,
khususnya menghadapi persaingan global masa depan.
Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah sejak
lama dikenal dalam sistem pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan
Guru Berdasar Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetesi menjadi
bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran
seni di Indonesia.
Konsep dasar pendekatan kompetensi adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang
Depdiknas, 2002).
Dimensi kompetensi mencakup aspek-aspek yang
telah diuraikan di muka yaitu : persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis,
evaluasi, apresiasi, dan produksi. Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek
pelaksanaan adalah bahwa kegiatan belajar mengajar terarah kepada suatu sasaran
yang berbentuk kompetensi siswa setelah mengikuti suatu program dalam limit
waktu tertentu. Pembelajaran tidak asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap,
berkelanjutan. Persoalan dalam pembelajaran seni adalah bagaimana halnya dengan
kompetensi yang bermuatan ekspresi kreasi? Ekspresi kreasi sukar diduga, sukar
diukur, sukar dilatih, karena dorongannya ada dalam diri individu. Dalam hal
ini, ukuran-ukuran kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel,
multikriteria, dan kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata; siswa memiliki
kemampuan berapresiasi...,dst.
Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi
sama-sama memiliki harapan agar pembelajaran itu berkualitas dan bermakna,
tidak sekedar merasa cukup jika siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya
itu-itu juga dari waktu ke waktu baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
Peran Guru dalam Proses pendidikan seni rupa di sekolah
Bisa dikatakan guru adalah sosok yang digugu lan ditiru,
bahwasanya seorang guru tidak hanya terfokus pada statusnya saja, tetapi juga
harus mampu membawa peranan jati dirinya. Dalam pembelajaran seni rupa di
sekolah, guru memiliki peran yang sangat besar untuk mengembangkan kreativitas
anak didik. Untuk membat anak didik dapat lebih berkreasi di bidang seni rupa,
guru berkewajiban memberi motivasi yang tiada hentinya yang bisa membangun
jiwa-jiwa kreatif dan mengembangkan daya imajinasi yang dimiliki oleh anak.
lengkapi tugas dan selamat berkarya ....
ReplyDeleteoke paak .. thanks , sudah dinilai belum pak ? :D
ReplyDelete