First Impression
“Berhenti ! Lepas papan nama kalian, sekarang!”
Namaku Rediva Milanka, biasa dipanggil Ieva. Usiaku hampir menginjak angka 15 tahun ini. Aku baru saja dinyatakan
lulus dari
Sekolah Menengah Pertamaku. Dan kini, aku menjadi salah satu anak yang beruntung karena bisa diterima di salah satu
SMA Negeri terfavorit di kotaku, Madiun. Kuakui, aku bukanlah anak yang cerdas dengan nilai yang membuat orang- orang
berkata, Wooow .. ! Tapiii, tunggu
dulu, aku masih punya bakat yang bisa bikin bangga mamah sama papah. Dan bakat itu adalah menyanyi. Yapp, aku suka sekali menyanyi. Hampir
setiap ada perlombaan menyanyi entah itu antar RT sampai tingkat nasional aku
selalu ikuti. Dan hasilnya ?? Yah, cukup memuaskanlah. Seringkali aku mendapat
juara 5 besar. Oleh sebab itu, aku mendaftar di SMA dengan mengikutsertakan
piagam-piagam kebanggaanku itu.
Saat pertama kali masuk MOS
aku sudah dinyatakan terlambat oleh kaka2 yang mengaku dirinya anggota KOMDIS
di sekolahku sekarang. Padahal, kalau waktu bisa diflashback, aku cuma terlambat 2
menit. Bayangkan !! Miris banget
kan dengernya .. Fuhhf L
Karena terlambat aku harus
melepas papan nama yang sudah aku pakai dari rumah sebelumnya. Aku berjalan
menuju kelas yang sudah ditentukan. Aku mendapat
kelas X2. Kesan pertama masuk kelas X2, begitu banyak teman yang belum
aku kenal. Untungnya, aku satu kelas dengan Nessa. Nessa teman satu sekolahku waktu di SMP.
Bel berdering. Artinya, kita semua harus kumpul di lapangan buat apel pagi. Bla… Bla… Bla… Setelah kurang lebih 30
menit, upacara pun berakhir. Sebelum dibubarkan ada pengumuman yang sempat membuatku kaget. Kaka
Pembina mengumumkan, bagi siapa saja yang papan namanya dilepas didepan gerbang
sekolah tadi untuk tidak masuk kelas dulu atau tinggal dilapangan. Dag.. dig.. dug.. Aduh, kenapa nih?? Pikirku.
“Dek .. cari papan nama kalian dan kembali kebarisan masing-masing.
Mengerti !” bentak kakak Pembina.
“Siap mengerti .. !”
Aku berjalan menuju tumpukan papan nama yang dibiarkan berserakan dengan bekas cap sepatu masing-masing kaka
panitia atau bisa dikatakan hasil injakan merekalah, Dasar !! Aku menemukan papan namaku terlempar jauh disana. Dan tiba-tiba ...
“Hey, kamu ! Aku lihat tadi
kamu ngomel2 sendiri, maksudnya apa? Kamu menghina kami .. ?!!, bentak salah
satu kaka panitia.
“E-ee-enggak ka’, maaf ..
jawabku takut.
“Oke, sekarang sebutkan
alasan kamu kenapa kamu sampai terlambat !! tanya kak panitia dengan tatapan matanya yang tajam. Kaka panitia itu menatapku dalam-dalam
seakan-akan aku akan dimangsanya. Tidaaakk .. ! Hmm .. tapi setelah aku
perhatikan, lumayan cakep juga sih orangnya, hihi.. Tapiii... galaknya minta
ampun dah,, ck ck ck.
“Iya, sekali lagi maaf ka, tadi saya masih nungguin mamah buatin sarapan. Jadi terpaksa telat”, jawabku lancar. Dan
sekali lagi kuperhatikan dia. Amarahnya mulai mereda. Dan sempat kulihat nama yang tertera diseragamnya. Ohh,
jadi namanya Rangga. “Aku janji gak akan telat
lagi ka Rangga, asal kamu yang selalu ingetin aku”, batinku. Hehehe.
”Hey
Ga’, loe dipanggil Dava tuh suruh ke ruang OSIS sekarang, katanya penting, buruan gih!” suruh ka Aldo pada ka Rangga.
“Iyah, oke oke. gue segera kesana.” dengan tergesa-gesa dia langsung menyuruhku untuk kembali ke kelas.
Sambil berjalan menuju kelas aku masih merasa sedikit kesal gara-gara dibentak
tadi, tapi aku sadar betapa pentingnya kedisiplinan untuk masa depanku nanti. Dan apalagi yang membentakku cowok setampan
dia, Waaah.. bisa tidak tidur semalam aku karna mikirin dia. Hee...
Tanpa basa-basi aku langsung
duduk disebelah Nessa. Hmm.. tapi aku masih bingung sampai sekarang, kenapa tadi
saat dimarahi, ka Rangga nggak ngasih hukuman sama sekali padaku, padahal kan
yang laen ada hukumannya. Apa dia..? Ahh, bodo amat .. ! Lagian, gue kePEDEan
banget seh jadi orang ! :p
Setelah tiga hari
berturut-turut, MOS berakhir. Dan kini aku sudah mulai merasakan duduk di
bangku SMA dengan berbagai pelajaran-pelajaran yang siap aku lahap. Meskipun
kata orang pelajaran di SMA susah-susah, tapi aku akan berusaha agar aku bisa
mencapai prestasi yang lebih baik dan yang pasti bisa membanggakan kedua
orangtuaku.
“Va .. ! Bengong aja lu.. Napa
? Ada masalah ? Cerita dong ke gue, gue kan juga sahabat lo .
Pengen aku ceritakan ke
Nessa kalau aku sedang menyukai seseorang. Dan aku ingin kalau Nessa dapat
membantuku agar aku bisa dekat dengan seseorang yang aku sukai itu.
“Oh, gapapa kok Nes, cuma
lagi pengen bengong aja. Hehe. Oiya, betewe dari tadi gue perhatiin di kelas,
lu senyum2 terus. Kenapa emang? Lagi jatuh cintrong yee ? ” godaku pada Nessa.
“Hahaha.
Kok tau? Iyaaa, gue baru aja jadian Va, dan itu bikin gue seneeengg banget ...”
“Hah?
Jadi bener? Jadian ma siapa lo? Kasi tau gue doong, Hari ini makan2 yah.. yah..
? J ”
“Hehe.
Itu mah gampang atuh neng. Asal lo tau aja, gue jadian ma ka Ranggaaa, dan itu
udah gue impiin dari dulu tauu’. Dia kan kaka kelas gue dulu di SD. Hehe.. ”
WHATT
!! Astaga .. ! Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong. Nessa jadian
sama ka Rangga?? Dan padahal seseorang yang akan kuceritakan pada Nessa adalah
ka Rangga itu sendiri. Aku tak sanggup bicara apa-apa. Dan akhirnya, Nessa
meninggalkan aku yang masih tercengang mendengar berita buruk itu. Dengan bangga
dia menceritakan ke teman satu kelas.
Berhari-hari
aku bersedih. Tetapi setelah 3 minggu, rasa sedih itu mulai hilang, aku mulai
memahami arti mencintai sebenarnya. Yaitu rela dan membiarkan orang yang kita
cintai bisa bahagia. Bahkan aku berpikir, Nessa mencintai ka Rangga sudah
begitu lama sejak SD. Sedang aku, hanya sejak MOS kemaren. Dan aku berusaha
untuk mencoba mengikhlaskannya.
Sudah
hampir 2 bulan lamanya, aku merasakan indahnya persahabatan di SMA terutama
dengan Nessa. Aku sudah menganggap dia seperti saudaraku sendiri. Tapi apa yang
kudengar dari teman-teman pagi tadi..? Mereka bilang kemarin Nessa pindah rumah
ke luar kota dan yang pasti pindah sekolah juga. Seketika itu juga aku menangis
sedih. Kenapa bukan aku yang pertama kali mengetahui tentang kepindahan itu?
Kenapa aku harus mendengarnya dari orang lain yang jelas2 bukan teman akrab
Nessa? Benar-benar sedih aku saat itu. Nessa teman akrabku kini telah pergi
meninggalkanku tanpa memberikan kabar terlebih dahulu kalau dia akan pindah
sekolah. Apa salahku padanya? Kucoba menelepon dia dan apa jawabnya?
“Hehe. Ievaa... maaf yaa sebelumnya aku nggak ngomong ke kamu
kalau aku akan pindah. Papahku dinas di luar kota, tepatnya di Jogja. Jadi aku
dan mamah harus ikut dengan papah. Kapan-kapan kita ketemuan lagi deh,, ok! Hehe.
Tapi aku punya surprise buat kamu. Aku ada surat untukmu. Dan sudah kutitipkan
pada ka Rangga. Baca ya?”
Dan kuhampiri ka Rangga
untuk meminta surat itu. Dia berikan surat itu. Inti surat itu adalah, selama
ini Nessa dan ka Rangga telah membohongiku. Mereka bilang mereka pacaran. Tapi
ternyata, mereka hanya berpura-pura pacaran selama ini. Maksudnya adalah untuk
mengerjaiku selama 2 bulan ini sebelum Nessa
pindah ke luar kota. Ternyata Nessa tahu kalau aku menyukai ka Rangga. Dan
ternyata juga, selama ini akulah orang yang dicintai ka Rangga bukan Nessa, pacar
palsunya. Pada saat itu juga, ka Rangga menyatakan perasaannya padaku. Aku pun
menerimanya dengan bahagia, meskipun merasa sedikit kesal karena aku telah
ditipu oleh mereka berdua, yaitu orang yang kucintai dan sahabatku sendiri. ^^
No comments:
Post a Comment